Dalam perjalanan ke Batungsel, Pupuan hari Minggu malam lalu, aku berdebat dengan Yogi, anak tertuaku.
Yogi : “Kenapa Bapak tidak kaya?”
Saya : “Karena tidak pingin.”
Yogi : “Kenapa tidak pingin? Bukankah kalau kita kaya, kita bisa hidup enak? Bisa tour kemana dan kapan saja kita suka? Makan apa saja yang kita inginkan? Membeli mobil bagus? Tinggal di rumah mewah? Atau membantu orang agar mendapat banyak pahala?
Saya : “Ya, Bapak memang tidak terlalu menginginkan semua itu, dan sudah cukup nyaman dengan keadaan Bapak saat ini.”
Yogi : “Wah, Bapak memiliki mindset yang salah tentang kekayaan. Dalam buku-buku motivasi yang Yogi baca, semua mengulas tentang kesalahan pola pikir kita tentang kekayaan.”
Saya : “Bapak sudah baca hampir sebagian besar buku-buku itu.”
Yogi : ”Terus, kenapa Bapak tidak menerapkannya?”
Saya : “Bapak memiliki konsep yang berbeda tentang hidup dan kekayaan.”
Yogi : “Bedanya bagaimana?”
Saya : “Penjelasannya panjang, dan belum cocok dijelaskan untuk anak seumuran kamu.”
Yogi : “Jadi?”
Saya : “Sementara hiduplah sewajarnya seperti teman-temanmu. Belajar sebaik-baiknya dan gantungkan cita-citamu setinggi-tingginya. Jika saatnya tiba, kamu akan menemukan sendiri penjelasannya.