Baju Barong

Meme meme beliang tiyang baju
Baju kenken beliyang meme cening
Baju poleng misi gambaran barong

Jaler baju makejang pada bersih
Kuku nyalig gigine putih nyalang
Keto solah anake dadi murid

Artinya :

Oh ibuku belikanlah aku baju
Baju yang bagaimana yang ibu belikan kamu?
Baju loreng ada gambaran Barongnya

Celana dan baju semua bersih
Kuku bersih gigimu putih berkilau
Begitu seharusnya pribadimu sebagai seorang murid

Ini adalah salah satu lagu pertama yang diajarkan guru SD-ku kepadaku. Kalau tidak salah, lagu ini diajarkan oleh almarhum Bapak Gede Gejir.. guruku di SD no 1 Tangguntiti. Lagu yang bermakna mengajarkan kebersihan adalah hal yang penting. Aku ingin lagu-lagu seperti ini diajarkan kembali kepada murid-murid kita sekarang… Semoga!!

Mesin Ketik

Sewaktu kelas 3 di SPGN Denpasar, aku menerima beasiswa Supersemar yang jumlahnya kalau tak salah Rp 198.000 (Rp 16.500 x 12 bulan). Beasiswa untuk kelas 3 ini  sebenarnya diberikan per bulan, namun sekolah membijaksanai untuk menyimpannya terlebih dahulu dan membagikannya setelah aku menamatkan sekolah. Aku pernah berpikir kalau uang beasiswa dibagikan, akan aku belikan sebuah mesin ketik, agar aku bisa menulis dan mengirimkannya ke penerbit surat kabar atau majalah.

Dilema bagiku saat uang itu dibagikan, antara membeli mesin ketik yang sudah aku idamkan sejak lama, atau mendaftar ke FKIP Unud Singaraja. Setelah melalui perenungan beberapa lama, akhirnya aku putuskan menggunakan uang beasiswaku untuk membeli formulir dan membayar pendaftaran di FKIP Unud. Aku tangguhkan sementara keinginanku memiliki mesin ketik, karena aku pikir aku akan bisa menggunakan mesin ketik milik sekolah jika aku menjadi guru nantinya.

Keinginanku menjadi guru kandas, karena aku akhirnya terdampar di dunia perhotelan. Aku bersyukur, karena di hotel tempatku bekerja, tersedia sebuah (atau bahkan beberapa buah) mesin ketik yang bisa aku gunakan untuk menuliskan beberapa hal yang aku anggap menarik. Saat kerja malam, aku sering menyalin tulisan tangan yang aku buat, menggunakan mesin ketik itu. Aku sangat senang, karena tulisanku menjadi agak bersih dan rapi, namun aku tak pernah mengirimkannya ke penerbit koran atau majalah, karena aku tak yakin orang akan suka membacanya. Sampai sekarang, aku masih simpan beberapa tulisan hasil ketikan itu dalam sebuah buku album dokumentasi.

Kini, jaman mesin ketik sepertinya telah berlalu, namun membayangkan betapa aku menginginkannya saat itu, terkadang membuatku ingin membelinya saat ini. Tapi untuk apa? Kan sudah ada komputer dan laptop sebagai gantinya….