Terdampar di Dunia Perhotelan

Aku memulai karirku di dunia perhotelan tanpa aku rencanakan sebelumnya. Waktu itu aku gagal lulus Sipenmaru di FKIP Universitas Udayana. Aku tak bisa percaya kalau nama dan nomor ujianku tidak ada di deretan nama-nama peserta yang lulus itu. Aku bolak balik beberapa kali koran Bali Post yang sedang aku pegang, tapi nomorku tidak juga nongol. Ini adalah kali pertama dalam hidupku, aku tidak bisa lulus tes atau ujian.

Setelah aku pastikan bahwa aku memang benar-benar gagal, aku mulai membaca-baca artikel lain dan mataku tertuju pada sebuah kotak iklan dengan bunyi sebagai berikut : Vocational Training 6 bulan langsung kerja. Peminat bisa datang langsung ke Hotel Dhyana Pura, Seminyak, tanggalnya aku lupa, tapi kalau tidak salah, satu atau dua hari setelah tanggal koran Bali Post yang sedang aku baca itu. Wah, ini peluang bagus pikirku.

Aku minta Kade temanku untuk mengantarku ke Seminyak, karena waktu itu tidak ada kendaraan umum ke sana, dan aku tidak atau belum punya motor. Satu-satunya yang ada padaku adalah sepeda gayung pinjaman dari temanku Made S (almarhum), yang aku gunakan sejak aku praktek mengajar di SDN-1 Sumerta. Hari pertama berhasil aku lewati dengan sukses. Waktu itu aku langsung dites wawancara Bahasa Inggris oleh Mr Feisol dari Malaysia, pemilik hotel Kulkul (sekarang Alam Kulkul), dan aku bisa jawab sebagian besar pertanyaannya seputar siapa aku, mengapa ingin ikut tes, dan sebagainya. Maklum, aku sudah belajar Bahasa Inggris beberapa lama dari Radio Australia. Esok harinya, tes dilanjutkan dengan tes tertulis Bahasa Inggris juga, dan aku juga bisa menjawabnya dengan baik. Akhirnya aku diterima sebagai salah seorang peserta Voctra (Vocational Training) dengan jaminan kerja, menyisihkan sekitar seratusan lebih pelamar lainnya.

Aku mulai “kuliahku” sebagai mahasiswa Voctra PPLP Dhyana Pura jurusan Housekeeping dengan membayar Rp 405.000. Jumlah yang cukup besar karena orang tuaku harus menggadaikan tanah sawah warisan di kampungku. Untuk menghemat biaya, aku kos di Seminyak satu kamar bertiga dengan sewa kalau tidak salah Rp 15.000 per orang per bulan.

Kujalani kuliahku dengan penuh semangat. Tiap hari aku belajar dan belajar, berlatih menjadi pegawai hotel bagian housekeeping atau pembersih kamar. Maklum, dunia perhotelan betul-betul asing bagiku. Dan aku ada di sini karena ‘kecelakaan’. Selain housekeeping, aku juga mendapat pelajaran Bahasa Inggris, sedikit pengetahuan kantor depan atau Front Office, serta Laundry dan Binatu. Semua pelajaran itu tidak terlalu sulit bagiku. Yang sedikit masalah mungkin hanya saat aku belajar “making bed”, karena aku harus mengangkat kasur atau matress yang lumayan berat, terutama yang double bed.

Singkat cerita, setelah belajar selama sekitar 2 bulan, tibalah waktunya untuk mulai training di hotel. Sebagian besar temanku sudah mendapat alokasi training di hotel Sanur Beach. Bahkan saat mereka sudah mulai training, aku masih belum mendapat jadwal. Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya aku mendapat tempat training di Hotel Bali Mandira di Jalan Padma Legian. Yang sedikit berbeda, aku tidak training di bagian housekeeping seperti teman-temanku, melainkan di bagian kantor depan atau Front Office. Aku sedikit gembira karena mendapat training di bagian ‘bergengsi’, sedang teman-temanku yang jumlahnya sekitar 30 orang, semuanya training di bagian housekeeping. Ada yang membuatku sedikit khawatir, yaitu aku hanya sendiri training di sana, sedang teman-temanku beberapa orang di satu hotel. Tapi aku jalani saja.

Setelah hampir sebulan, aku memutuskan berhenti training di hotel Bali Mandira. Aku datangi Pak Putra, salah seorang direktur di PPLP Dhyana Pura, dan Beliau memindahkan trainingku ke Hotel Kulkul, di bagian Bel Boy. Saat hotel Kulkul mulai buka, posisiku berubah menjadi kasir kantor depan. Dari sinilah aku mulai karir hotelku, yang akan aku ceritakan lebih detail pada halaman-halaman berikutnya.