Kolam Susu

Lauk pauk sebenarnya bukan masalah di desaku. Saat aku masih bocah, masih banyak ikan, udang, kepiting dan siput tersedia di sungai Lambuk yang terletak 100 meteran di belakang rumahku. Berbagai cara bisa kami lakukan untuk menangkapnya.

Ngenyat :
Sesuai namanya, ngenyat adalah membuat “nyat” atau kering, yaitu dengan membendung aliran sungai menuju tibu atau palung kecil, kemudian membuang air palung itu ke hilir, hingga kering atau hampir kering, kemudian menangkap semua ikan, udang, atau kepting yang ada di sana. Ini sangat mudah dilakukan bila air sungai lagi mengecil karena lama tidak turun hujan di hulu. Untuk membendung airnya, kami gunakan tanah liat yang kami ambil di persawahan di seberang sungai. Jika lagi mujur, kami bisa mendapat ikan dan kepiting yang cukup untuk makan sekeluarga selama 2 atau 3 hari.

Mengkang :
Mengkang adalah menangkap kepiting dengan umpan cacing tanah. Cacing tanah ditusuk dengan lidi untuk kemudian dibuat menggantung diujung benang nylon atau benang khusus pancing. Panjang tusukan cacing tanah antara 10-30 cm. Untuk membuatnya tenggelam, kami gunakan tanah liat yang dikepal, lalu ditaruh diujung atas tusukan cacing tanah. Alat mengkang ini kami sebut Pengkangan. Pengkangan ditaruh sekitar 5 menit di palung yang agak dalam, lalu diangkat. Jika mujur, satu atau beberapa kepiting akan ikut terangkat saat mereka makan cacing tanah itu.

Mekena :
Mekena adalah memasang bubu dari anyaman bambu dengan umpan di dalamnya. Umpannya adalah nasi putih diuleg, dicampur daun kesimbukan dan dedak halus. Bubu dipasang menghadap ke hilir di tempat yang kira-kira menjadi jalan udang atau ikan lain pada sore hari. Esok paginya bubu diangkat. Jika mujur, akan ada beberapa udang, ikan atau kepiting terperangkap di dalamnya.

Mancing :
Mancing sangat umum dilakukan. Hal yang harus diperhatikan adalah jenis pancing yang digunakan. Jika ingin mendapat udang, kami menggunakan pancing udang. Untuk mendapatkan ikan patin, digunakan pancing khusus ikan patin. Begit juga dengan lele, tawes, nyalean, dan sejenisnya.

Ngogo :
Ngogo adalah menangkap kepiting atau udang langsung di bawah air. Mereka biasanya tinggal di bawah batu, di kumpulan daun-daun yang tenggelam, batok kelapa atau potongan bambu yang tenggelam. Jika lagi musimnya, aku bisa mendapat banyak kepiting dalam 30 menit.

Masang Bronjong :
Bronjong adalah bubu besar, panjangnya sekira 1 sampai 1,5 meteran. Beda dengan bubu yang dipasang menghadap ke hilir, bronjong dipasang menghadap ke hulu, di aliran air yang sedikit terjun. Jika lagi musim kepiting hanyut (sekitar bulan April), kami bisa mendapat seember kepiting di pagi hari, setelah membiarkan bronjong terpasang semalaman.

Nyau :
Nyau atau menjaring ikan dengan anyaman benang bertangkai bambu dan kayu. Ini kami lakukan saat banjir baru saja tiba. Ikan ikan yang hanyut dari hulu, kami jaring di tepian sungai yang tidak terlalu deras. Biasanya kami bisa tangkap udang, ikan nyalean, atau terkadang ikan lele serta tawes.

Mencar :
Mencar adalah menangkap ikan dengan jala yang dilemparkan ke palung atau bagian sungai yang landai. Jika mujur, akan ada satu atau beberapa ikan dan udang yang terperangkap.


Akhir-akhir ini, mulai agak susah menemukan ikan di sungai Lambuk. Ini karena banyak yang menangkap mereka menggunakan cara-cara terlarang, seperti menyetrum, meracun menggunakan portas, serta “ngenyat” menggunakan pompa air besar. Sebab lain juga karena berkurangnya batu-batuan di bagian hilir, karena diambil untuk membuat bangunan atau dijual oleh masyarakat sekitar.

Sedih, Lambukku kini bukan lagi kolam susu, ikan dan udang menjauhi diriku……

Author: I Wayan Suada

A simple, unique, and independent person. I like reading to know more about the world, and I like writing to share my vision about life.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *