Nyapung

Salah satu kegiatan masa kecilku adalah “nyapung”, yaitu menangkap capung (atau dragonfly dalam Bahasa Inggris). Beberapa cara menangkapnya diantaranya menggunakan lem yang diambil dari getah pohon kamboja, getah nangka, atau lem dari pohon kayu santen. Ini kulakukan dengan mengintip capung yang lagi bertengger di dahan pohon atau daun rumput, lalu menempelkan lem yang ditaruh diujung lidi (biasanya diberi tangkai bambu agar bisa menjangkau tempat yang tinggi), kemudian setelah capung menempel segera kutangkap, lalu ditusuk dengan lidi muda.

Khusus untuk capung gantung, aku tak perlu susah-susah, karena bisa langsung menangkapnya dengan memegang ekornya saat ia sedang tidur menggantung di dahan pohon…. Tapi kalau posisinya tinggi, aku bisa menggunakan lem getah yang aku bawa.

Cara lain adalah dengan menggunakan capung kecil (namanya aku lupa) sebagai umpan, dengan mengikatnya di ujung lidi muda, lalu menggoyang-goyangkannya di depan capung bangkok yang dijadikan sasaran. Jika capung bangkok itu lapar, ia akan segera menyambar capung kecil itu, dan aku harus segera menangkapnya sebelum ia terbang lagi. Cara ini disebut “nangtung” di desaku. Nangtung ini biasanya dilakukan di pagi hari, sekitar jam 8-10.

Ada nyanyiannya lho :

Tung tung cilantung, cilantung, men barak men barak ngubuh bangkung, tonden buang suba beling, … sanderin – sanderin…..

sol sol do la sol, do la sol, mi mi mi mi mi mi sol sol mi sol, re mi fa mi sol mi re do… mi re do … mi re do …

Artinya kurang lebih : Tung tung cilantung cilantung Ibu merah Ibu merah memelihara induk babi, belum birahi sudah hamil, disambar-disambar….

Dengan lagu ini biasanya capung bangkok akan segera menyambar capung kecil yang aku jadikan umpan.

Aku biasa “nyapung” dengan beberapa teman, berkeliling di sepanjang jalan desa, kadang ngumpul di Balai Banjar (semacam balai desa), atau masuk ke ladang orang yang ada rumput atau banyak dahan-dahan pohonnya.

Jika capung sudah banyak di tusukan, aku akan segera pulang, kemudian membakar atau  memanggang capung-capung malang itu di atas bara api, lalu memakannya. Kadang aku suruh Nenek menjadikannya pepes, dengan bumbu daun kunyit.

Author: I Wayan Suada

A simple, unique, and independent person. I like reading to know more about the world, and I like writing to share my vision about life.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *