Belajar Mencari Uang

Sebagai anak petani kampung, aku harus ikut rekan-rekan kami mencari penghasilan. Ada beberapa yang biasanya kami lakukan :

Munuh :
Munuh adalah mencari sisa-sisa gabah atau bulir padi yang tertinggal setelah panen dilakukan pemiliknya. Sehabis makan siang setelah pulang sekolah, aku ambil niru dan sebilah bambu khusus untuk merontokkan padi, lalu berangkat ke sawah di sebelah Barat desaku. Tak kulupakan baju tangan panjang dan topi bambu yang sedikit lebar penahan terik mentari.

Bergegas aku mencari tumpukan jerami yang sudah ditinggalkan pemiliknya, karena panen mereka usai. Dari balik tumpukan itu, aku kumpulkan satu demi satu biji gabah ke atas niru yang aku bawa. Setelah terkumpul, aku membersihkannya, lalu meniriskannya melalui desir angin agar bersih. Setelahnya, aku masukkan ke karung kecil yang aku siapkan. Setengah hari, biasanya aku bisa kumpulkan 2-3 kilo gabah basah. Langsung aku jual ke pengepul, dan uangnya aku belikan segelas susu panas dan sebungkus roti.

Mengumpulkan Pasir :
Jika panen usai, kami biasa mencari atau mengumpulkan pasir di sungai. Bukan di sungai Lambukku, melainkan di sungai Yeh Ho, yang berjarak sekitar 1 km dari rumahku. Peralatan yang aku siapkan adalah sekop, ayakan, dan ceper atau penampung. Setelah terkumpul beberapa ceper, pasir kujual ke pengepul, dan mereka akan menjual lagi setelah terkumpul minimal 1 truk. Seperti biasa, uangnya kujadikan segelas susu dan sebungkus roti.

Memecah Batu :
Pekerjaan lain yang tersedia adalah memecah batu kerikil, menjadi batu kek atau gladag. Nenek bersamaku untuk pekerjaan ini. Batu pecah ini diperlukan untuk pengaspalan jalan, sebelum ada sistem hotmix. Kami harus mengambil batu di sungai Lambuk atau Yeh Ho, ceper demi ceper, atau bakul demi bakul. Kemudian memecahnya dengan palu. Setelah terkumpul agak banyak, baru bisa dijual. Beda dengan gabah dan pasir, batu pecah ini tak bisa kami jual setiap hari, jadi aku harus bersabar untuk minum susu dan makan roti. Biasanya kami baru bisa mengumpulkan setengah M3 dalam waktu satu minggu.

Menaikkan atau menurunkan batu, pasir atau kek :
Pekerjaan lain yang tersedia untuk anak-anak sepertiku adalah menaikkan atau menurunkan batu, pasir, atau kek ke dan dari truk. Kami hanya bisa sebagai pembantu untuk pekerjaan ini, karena tenaga kami tidak cukup kuat untuk melakukannya. Namun demikian, kami bisa merasakan susahnya mencari dan mengumpulkan uang. Terkadang, kami ikut diajak menurunkan bahan-bahan itu ke desa yang jauh seperti Guniyang, Selemadeg. Upahnya langsung bisa kami terima saat pulang, jadi langsung bisa kubelikan segelas susu dan roti.

Ada beberapa pekerjaan lain yang kadang aku ambil, misalnya menjual ikan atau kepiting hasil tangkapan, menjual nangka dengan sistem bagi hasil (bisa menjual 3 sisir mendapat upah 1 sisir), menjualkan pepes hiu, menjualkan kroto atau telur semut merah, dan sebagainya. Aku menikmati semua pekerjaan-pekerjaan itu tanpa menyadari kalau semua itu akan sangat berguna saat aku menghadapi kerasnya hidup di hari-hari selanjutnya. Satu hal yang aku petik adalah “Mengeluh dan menyalahkan bukanlah sebuah pilihan.”

Author: I Wayan Suada

A simple, unique, and independent person. I like reading to know more about the world, and I like writing to share my vision about life.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *